Minggu, 14 April 2013

Gejala Penyakit Tumbuhan



LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
“ MENGENAL GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN”

Nama        : Deni
Nim           : CBA 111 0039











KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
2013




DAFTAR ISI

COVER DEPAN / SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
I.       PENDAHULUAN
1.1.   Dasar Teori....................................................................................... 1
1.2.   Tujuan ..............................................................................................  3
II.    BAHAN DAN METODE
2.1. Tempat dan Waktu........................................................................... 4
 2.2. Alat dan Bahan................................................................................ 4
2.3. Cara Kerja......................................................................................... 4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil pengamatan.............................................................................. 5
3.2. Pembahasan...................................................................................... 6
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan ......................................................................................  14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN







ii

I.    PENDAHULUAN
1.1  Dasar Teori
Penyakit tumbuhan adalah penyebab tanaman menjadi sakit. Tanaman dikatakan sakit apabila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggungya kegiatan fisiologis tanaman atau sakit adalah penyimpangan dari keadaan normal. Konsep timbulnya suatu penyakit semakin berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu penyakit tumbuhan, pada awalnya para pakar yang dipelopori oleh DeBary menujuk pathogen sebagai penyebab penyakit yang utama, selanjutnya diketahui bahwa dalam berbagai buku teks mengenai penyakit tumbuhan umunya dianut konsep segitiga penyakit (disease triangle) seperti antara lain dikemukan oleh Blanchard dan Tattar (1981). Ketiga komponen penyakit tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan. Kemudian berkembang sebuah konsep yang dasari pemikiran bahwa manusia ikut berperan dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan karena manusia dapat memberikan pengaruh terhadap pathogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh, konsep ini dikenal dengan segi empat penyakit atau (disease squaire) dimana manusia dimasukkan sebagai salah satu faktor dalam komponen timbulnya penyakit. Selanjutnya Piramida Penyakit, Konsepnya sama dengan segi empat, tapi ada satu lagi yang mempengaruhi perkembangan penyakit tumbuhan, yaitu waktu. Jadi, setelah ada keikutsertaan manusia di dalamnya, penyakit bisa dikendalikan seiring berjalannya waktu. Memang butuh waktu. Tinggal memperhitungkan dan adu cepat saja, antara kecepatan persebaran penyakit dengan kecepatan antisipasi dari manusianya. (Triharso. 2004)
Umumnya tumbuhan sakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai akibat adanya penyakit. seringkali penyakit tertentu tidak hanya menyebabkan timbulnya satu gejala, tetapi juga menimbulkan sindroma. selain itu beberapa penyakit berbeda menunjukkan gejala yang sama, sehingga dengan memperhatikan gejala saja sulit untuk mendiagnosis dengan pasti. maka, selain memperhatikan gejala kita harus memeperhatikan tanda (sign) dari penyakit. Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain raksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora, bledeok, lendir dan sebagainya. secara umum gejala dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe pokok, yaitu: a). Gejala Nekrotik Gejala nekrotik terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. gejala Nekrotik dibagi kedalam beberapa gejala seperti: 1.Nekrosis atau matinya bagian tanaman, 2.Hidrosis Disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel masuk kedalam ruang sela-sela sel, 3.Klorosis Rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau, 4.Layu, ini adalah gejala sekunder yang disebabkan karena adanya gangguan dalam berkas pengangkutan, 5.Gosong, mengeringnya bagian tanaman tertentu hampir sama dengan gejala nekrosis, 6.Mati ujung, 7.Busuk disebabkan karena rusaknya sel-sel atau jaringan-jaringan. 8.Rebah semai Jamur yang biasanya menyerang adalah jenis Rhizoctonia, Sclerotium, Fusarium, Phytium, Phytophthora dan menyebkan batang membusuk atau tanaman rebah, 9.Kanker Gejala ini lazimnya terjadi pada bagian-bagian yang berkayu pada batang, ranting ataupun akar, dan 10.Perdarahan atau eksudasi Gejala ini biasanya ditunjukkan dengan adanya cairan-cairan yang keluar bagian tanaman. b). Gejala Hipolastik  adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel, gejala ini terbagi menjadi berikut: 1.Kerdil atau tumbuh terhambat Terhambatnya pertumbuhan bagian-bagian tanaman sehingga ukurannya lebih kecil daripada biasanya, 2.Klorosis Rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau, 3.Etiolasi Gejala ini ditunjukkan dengan tanaman yang menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit dan 4. Pemusaran (resetting) c). Gejala Hiperplastik disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment).  Gejala hiperplastik terbagi sebagai berikut:
1. Menggulung atau mengeriting, 2. Rontok, Peristiwa ini dianggap sebagai gejala penyakit jika terjadi sebelum waktunya (premature) dan dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya dan 3. Perubahan warna Yang dimaksud disini adalah perubahan warna yang bukan klorosis misalnya daun yang sakit berubah warna menjadi kengu-unguan karena membentuk antosianin. (HS, Suprato. 1985)
Penyakit tumbuhan digolongkan menjadi dua golongan  yaitu Penyakit Abiotik dan Penyakit Biotik. Penyakit abiotik adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi/ penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit abiotik meliputi: Suhu tinggi, Suhu rendah, Kadar oksigen yang tak sesuai, Kelembaban udara yang tak sesuai, Keracunan mineral, Kekurangan mineral, Senyawa kimia alamiah beracun, Senyawa kimia pestisida, Polutan udara beracun, Hujan es dan angin. Penyakit biotikk adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain Patogen penyakit biotik meliputi : Jamur, Bakteri, Virus, Nematoda, Tumbuhan tingkat tinggi parasitic dan Mikoplasma. (Sastrahidayat, Ika Rochidjatun. 1990)

1.2  Tujuan
a.       Agar mahasiswa dapat mengenal dan membedakan gejala penyakit tanaman.
b.      Agar mahasiswa mengetahui penyebab penyakit berdasarkan gejala dan tanda yang diamati khususnya yang disebabkan oleh cendawan, bakteri dan virus.



II.    BAHAN DAN METODE

2.1     Waktu Dan Tempat
Praktikum Dasar-dasar perlindungan tanaman dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 23 maret 2013 pukul 15.00-17.00 WIB dan bertempat di laboratorium jurusan budidaya pertanian fakultas pertanian universitas palangka raya.
2.2     Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah woetel, cabai, daun durian, daun jambu agung, tanaman karet dan batang pohon sawo. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu loupe obyek glass, cover glass, jarum pentul, dan silet.
2.3     Cara Kerja
a.       Mengamati gejala penyakit kemudian menggambarkan, menyebutkan cirri-ciri atau penmpakan biologis dari gejala tersebut.
b.      Mengamati secara mikroskopis penyebab penyakit dengan berdasarkan tanda yang tampak dan menggambarnya kemudian menyebutkan bagian-bagiannya.
c.       Membuat herbarium dengan berdasarkan gejala spesifik dari penyakit tumbuhan.



III.    HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1  Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan Gejala Penyakit Tumbuhan
NO
Nama/Bagian tanaman yang diamati
Gejala yang diamati
Tipe gejala
Nama penyakit
Penyebab penyakit
1
Wortel
Busuk, berair
Nekrosis
Busuk basah
Erwinia carotovora
2
Cabe
Busuk, kering
Nekrosis
Busuk kering
Gloesporium piperantum, dan Colletotrichum capsici
3
Daun durian
Sel mati, warna daun kecoklatan
Nekrosis
Karat
Pseudomonas
4
Daun jambu agung
Bintil-bintil pada daun
Hyperplastis
Kudis
Virus
5
Batang sawo
Batang membengkak
Hyperplastis
Puru sawo
Agrobacterium
6
Batang cabe
Batang kerdil daun keriting
Hipoplasia
Kerdil
Virus
7
Tanaman karet
Batang kecil, tinggi aun berwarna hijau muda
Hipoplasia
etiolasi
Vaktor abiotik







3.2. Pembahasan
3.2.1.  Penyakit Busuk Basah Pada Wortel
Berdasarkan tabel 1. hasil pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan pertama yang di amati adalah wortel, gejala yang diamati pada tanaman wortel yaitu berupa  busuk dan berair dan mengeluarkan bau yang tidak sedap, tipe gejala ini yaitu nekrosis, gejala ini diakbibatkan oleh rusaknya atau matinya sel-sel tumbuhan. Nama penyakit ini sering disebut busuk basah yang disebabkan oleh Erwinia carotavora. Erwinia carotavora  meyebabkan jaringan tanaman menjadi lembek dan berair, bahkan menjadi kurus dan berbau busuk. Bakteri tersebut merupakan penyakit yang menyerang buah, sayuran, maupun tanaman lain. Bakteri ini pada dasarnya menyerang daging tumbuhan yang terluka, dampaknya lebih sering terlihat pada tunas, batang, dan jaringan lain. Di bawah ini akan dejelaskan mengenai Erwinia carotovora beserta gambar yang menunjukkan tanaman wortel yang terserang oleh penyakit ini.

                                                                     

Gambar 1. Tanaman wortel terserang  Erwinia carotavora
Erwinia carotovora adalah bakteri penyebab kebusukan yang dinamai setalah tanaman wortel pertama terisolasi. Bakteri ini menginfeksi berbagai jenis sayuran dan tanaman termasuk wortel, kentang, mentimun, bawang putih, tomat, dan tanaman lain.


Gambar 2. bakteri Erwinia carotovora
     Daur hidup bakteri Erwinia carotovora adalah sebagai berikut: Pada saat tanaman terluka, nematoda dan hewan lainnya dapat masuk melalui lubang alami dan membawa bakteri Erwinia carotovora tersebut ke dalam jaringan yang terluka kemudian berkembang dalam ruang antar sel serta menghasilkan enzim pektolitik yang dapat mencerna jaringan tanaman inang. Akibatnya tanaman inang akan mengalami penurunan dan lama – kelamaan akan mengalami pembusukan.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan pada penyakit ini antara lain:
1. Pemilihan lahan hendaknya memilih bekas lahan yang ditanami padi selama dua musim tanam. Pemberian kapur pada tanah karena lahan yang memiliki kadar Ca tinggi mempunyai tingkat serangan bakteri busuk batang berlubang yang lebih rendah.
2. Pencegahan dan pengendalian dapat pula dilakukan dengan cara menanam tanaman pada gulud semu. Untuk mengurangi/membasminya dapat pula dengan menyiram Agrimycin 15/1,5WP dengan konsenstrasi 0,1 g/liter air yang dikombinasikan dengan fungisida yang mengandung Cu seperti Kocide 54WP konsentrasi 1-2 gr formulasi/liter air masing-masing digunakan sebanyak 50 ml/lubang tanam.





3.2.2  Penyakit Busuk Kering Pada Buah cabe
Berdasarkan tabel 1. hasil pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan kedua yang di amati adalah cabai, gejala yang diamati pada tanaman cabai yaitu berupa  busuk dan kering, tipe gejala ini yaitu nekrosis, Penyakit busuk kering pada buah cabai (Antraknosa Cabai) di sebabkan oleh cendawan Gloesporium piperantum Ell. et Ev. Dan Colletotrichum capsici (Syd.)Bult. Et. Bisby.




Gambar 3. Busuk kering pada buah cabai
Gleosporium piperantum dapat menyerang buah yang masih hijau dan dapat juga menyebabkan mati ujung (die back) (Suhardi, 1988). Gejala yang disebabkan oleh Gleosporium piperantum mula – mula berbentuk bintik – bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau yang sudah masak. Bintik – bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap. Dalam cuaca yang lembab jamur membentuk badan buah (aservulus) dalam lingkaran – lingkaran seousat, yang membentuk masa spora (konidium) warna merah jambu. Gloesporium piperantum juga dapat menyerang daun dan batang tanpa menimbulkan kerugian yang berarti. Namun dari sini jamur dapat menyerang buah kelak. Jamur Colletotrichum capsici mula – mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik – titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mongering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Jika cuaca kering jamur hanya membentuk bercak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah buah dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat. Daur hidup : Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah – buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa – sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Menurut Nur Imah Sidik dan Pusposendjojo (1985) infeksi C.capsici hanya terjadi melalui luka – luka.




Gambar 4. Jamur Colletotrichum capsici
Sumber : http://www.nanda.blogspot.com/Agrobacterium
Pengendalian penyakit :
1. Tidak menanam biji yang terinfeksi. Buah – buah yang terinfeksi  jangan diambil bijinya. Biji dapat diobati dengan Thram 0,2%, yang menurut Grover dan Bansal (1970) di India obat tersebut dapat mematikan jamur tanpa mempengaruhi perkecambahan benih.
2. Jika diperlukan penyakit dapat dikendalikan dengan penyemprotan fungisida. Bermacam – macam fungisida dapat dipakai untuk keperluan ini, antara lain Antracol (propineb), Velimek (maneb dan zineb), Delsene MX-200 (karbendazim dan mankozeb), Benlate dan Manzate (benomyl dan maneb), Dithane M-45 (mankozeb), Dithane Z-78 (Zineb), dan Fungisida tembaga.


3.2.3 Karat pada daun Durian
Berdasarkan tabel 1. hasil pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan ketiga yang di amati adalah daun durian, gejala yang diamati pada daun durian yaitu berupa  sel daun mati dan warna daun kecoklatan, tipe gejala ini yaitu nekrosis. Gejala seperti ini disebut penyakit karat daun. Penyebab karat daun ini yaitu bakteri pseudomonas pachyrhizi
.





Gambar 5. Pseudomonas pachyrhizi
Sumber: Anonim, 2010, http://en.wikipedia.org/wiki

Marfologi Kelompok Pseudomonas yaitu batang gram-negatif, bergerak, aerob; beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan, dan hewan. Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penyakit karat daun adalah terdapatnya bintik-bintik kecil yang kemudian berubah menjadi bercak-bercak berwarna coklat pada bagian bawah daun, yaitu uredium penghasil uredospora. Serangan berat menyebabkan daun gugur. Terjadi bercak- bercak kecil berwarna cokelat kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi cokelat atau coklat tua. Bercak karat terlihat sebelum bisul- bisul (pustule) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut karena dibatasi oleh tulang-tulang daun tepatnya didekat daun yang terinfeksi. Biasanya dimulai dari daun bawah baru kemudian ke daun yang lebih muda. Daur hidup cendawan Psoudomonas pachyrhizi. Spora cendawan dibentuk dalam uredium dengan diameter 25−50 μm sampai 5−14 μm. Uredospora berbentuk bulat telur, berwarna kuning keemasan sampai coklat muda dengan diameter 18−34 μm sampai 15−24 μm. Permukaan uredospora bergerigi. Uredospora akan berkembang menjadi teliospora yang dibentuk dalam telia. Telia berbentuk bulat panjang dan berisi 2−7 teliospora. Teliospora berwarna coklat tua, berukuran 15−26 μm sampai 6−12 μm. Stadium teliospora jarang ditemukan di lapangan dan tidak berperan sebagai inokulum awal. Di Amerika Latin, penyakit karat disebabkan oleh dua spesies, yaitu Pseudomona. pachyrhizi yang sangat virulen dan P. meibomiae yang kurang virulen (Sumartini. 2010). Pengendalian penyakit karat dianjurkan dilakukan dengan memadukan beberapa komponen pengendalian yang ramah lingkungan untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Komponen pengendalian penyakit karat meliputi penanaman varietas tahan serta penggunaan bahan nabati dan hayati

3.2.4 Kudis Pada Daun Jambu Agung
Berdasarkan tabel 1. hasil pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan keempat yang di amati adalah daun jambu agung, gejala yang diamati pada daun jambu agung yaitu berupa bintil-bintil pada daun, tipe gejala ini yaitu Hiperplastis disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala seperti ini disebut penyakit kudis. Penyebab karat daun ini yaitu virus.




Gambar 6. Penyakit Kudis pada daun jambu agung yang disebabkan oleh virus
Morfologi, Virus tumbuhan berbeda bentuk dan ukuran tetapi umumnya digambarkan dengan bentuk memanjang (batang yang kaku atau benang yang lentur) Komposisi Setiap virus tumbuhan sedikitnya terdiri atas satu asam nukleat dan protein. Beberapa virus terdiri lebih dari satu ukuran asam nukleat dan protein.
3.2.5.  Penyakit Puru Sawo
Berdasarkan tabel 1. hasil pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan kelima yang di amati adalah pohon sawo, gejala yang diamati pada daun pohon sawo yaitu berupa pembengkakan pada batang, tipe gejala ini yaitu Hiperplastis disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala seperti ini disebut penyakit Puru sawo. Penyebab karat daun ini yaitu Agrobacterium.




Gambar 7. Penyakit puru sawo pada batang sawo
Agrobacterium adalah suatu marga bakteri Gram-negatif yang masih memiliki hubungan dengan bakteri-bakteri bintil akar. Marga ini diperkenalkan oleh H. J. Conn dan diketahui dapat menimbulkan tumor pada jaringan tumbuhan dengan cara transfer gen hirozontal. Agrobacterium berbentuk batang, berukuran 0.6-1.0 µm sampai 1.5-3.0 µm, dalam bentuk tunggal atau berpasangan. Agrobacterium merupakan bakteri yang mudah bergerak (motile) dan memiliki 1-6 flagela peritrichous serta merupakan bakteri tak berspora. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini adalah 25-28◦C.



                                                         Gambar 8. Agrobacterium
Sumber: anonym.2010.http://id.wikipedia.org/wiki/Agrobacterium
3.2.6.  kerdil pada batang cabai
Berdasarkan tabel 1. hasil pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan selanjutnya  yang di amati adalah pohon cabai, gejala yang diamati pada pohon cabai yaitu berupa tanaman kerdil dan daun mengeriting, tipe gejala ini yaitu hipoplasia disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel.   Gejala seperti ini disebut penyakit kerdil. Kerdil atau tumbuh terhambat, Terhambatnya pertumbuhan bagian-bagian tanaman sehingga ukurannya lebih kecil daripada biasanya. Penyebab karat daun ini yaitu virus. Dampak dari serangan virus ini akan terjadi penurunan laju pertumbuhan, penurunan hasil, menyerang batang, daun dan akar.  

3.2.7. Etiolasi pada tanaman karet.
Berdasarkan tabel 1. hasil pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan selanjutnya  yang di amati adalah pohon karet, gejala yang diamati pada pohon karet yaitu berupa Batang kecil, tinggi daun berwarna hijau muda, tipe gejala ini yaitu hipoplasia disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel.   Gejala seperti ini disebut penyakit etiolasi, Etiolasi adalah pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan tumbuhan tampak pucat. Gejala etiolasi terjadi karena ketiadaan cahaya matahari. Kloroplas yang tidak terkena matahari disebut etioplas. Kadar etioplas yang terlalu banyak menyebabkan tumbuhan menguning. Pada hal ini hormon auksin bekerja dengan baik karena tumbuhan tidak terkena cahaya.
IV.PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa gejala penyakit berdasarkan gejala yang ditimbulkan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: Gejala Nekrotik, terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel, Gejala Hipolastik  adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel, Gejala Hiperplastik disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai akibat adanya penyakit.
Sedangkan penyebab Penyakit tumbuhan digolongkan menjadi dua golongan  yaitu Penyakit Abiotik dan Penyakit Biotik. Penyakit abiotik adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi/ penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit abiotik meliputi: Suhu tinggi, Suhu rendah, Kadar oksigen yang tak sesuai, Kelembaban udara yang tak sesuai, Keracunan mineral, Kekurangan mineral, Senyawa kimia alamiah beracun, Senyawa kimia pestisida, Polutan udara beracun, Hujan es dan angin. Penyakit biotikk adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain Patogen penyakit biotik meliputi : Jamur, Bakteri, Virus, Nematoda, Tumbuhan tingkat tinggi, parasitic dan Mikoplasma.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1984. Rekomendasi Pengendalian Jasad Pengganggu Tanaman Pangan di Indonesia. Ditlin. Ditjen Tan Pangan. Deptan: 203 pp.
HS, Suprato. 1985. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.   
Nawangsih, Ahdjah asih. 2003. Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya. Bogor.
Nanda. 2010. Bakteri Agrobacterium. http://id.wikipedia.org/wiki/Agrobacterium. diakses pada tanggal 05 April 2013
ricq. 2002. Mengenal Erwinia Carotovora.http://www.ericqgaul.blogspot.com/ Erwinia carotovora . diakses pada tanggal 05 April 2013
Sastrahidayat, Ika Rochidjatun. 1990. Ilmu Penyakit Tanaman. Usaha Nasional. Surabaya.
Sastrodiharjo, s. 1979. Mengenal kelompok Serangga Berguna. Departemen Biologi. Institut Teknologi Bandung (ITB). Bandung.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungn Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar