LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
PERLINDUNGAN TANAMAN
“
MENGENAL GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN”
Nama : Deni
Nim : CBA 111 0039
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
2013
DAFTAR
ISI
COVER
DEPAN / SAMPUL
LEMBAR
PENGESAHAN........................................................................ i
DAFTAR
ISI................................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN
1.1. Dasar
Teori.......................................................................................
1
1.2. Tujuan
.............................................................................................. 3
II.
BAHAN
DAN METODE
2.1. Tempat dan Waktu...........................................................................
4
2.2. Alat dan Bahan................................................................................
4
2.3. Cara Kerja.........................................................................................
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil pengamatan..............................................................................
5
3.2.
Pembahasan......................................................................................
6
IV.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan ...................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................
15
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Penyakit
tumbuhan adalah penyebab tanaman menjadi sakit. Tanaman dikatakan sakit apabila
ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan
terganggungya kegiatan fisiologis tanaman atau sakit adalah penyimpangan dari
keadaan normal. Konsep timbulnya suatu penyakit semakin
berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu penyakit tumbuhan, pada awalnya
para pakar yang dipelopori oleh DeBary menujuk pathogen sebagai penyebab
penyakit yang utama, selanjutnya diketahui bahwa dalam berbagai buku teks
mengenai penyakit tumbuhan umunya dianut konsep segitiga penyakit (disease
triangle) seperti antara lain dikemukan oleh Blanchard dan Tattar (1981).
Ketiga komponen penyakit tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan.
Kemudian berkembang sebuah konsep yang dasari pemikiran bahwa manusia ikut
berperan dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan karena manusia dapat
memberikan pengaruh terhadap pathogen dan tanaman inang itu sendiri serta
kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh, konsep ini dikenal dengan segi
empat penyakit atau (disease squaire) dimana manusia dimasukkan sebagai
salah satu faktor dalam komponen timbulnya penyakit. Selanjutnya Piramida Penyakit, Konsepnya sama dengan
segi empat, tapi ada satu lagi yang mempengaruhi perkembangan penyakit
tumbuhan, yaitu waktu. Jadi, setelah ada keikutsertaan manusia di dalamnya,
penyakit bisa dikendalikan seiring berjalannya waktu. Memang butuh waktu.
Tinggal memperhitungkan dan adu cepat saja, antara kecepatan persebaran
penyakit dengan kecepatan antisipasi dari manusianya. (Triharso. 2004)
Umumnya
tumbuhan sakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejala (symptom) adalah
perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai akibat adanya
penyakit. seringkali penyakit tertentu tidak hanya menyebabkan timbulnya satu
gejala, tetapi juga menimbulkan sindroma. selain itu beberapa penyakit berbeda
menunjukkan gejala yang sama, sehingga dengan memperhatikan gejala saja sulit
untuk mendiagnosis dengan pasti. maka, selain memperhatikan gejala kita harus
memeperhatikan tanda (sign) dari penyakit. Tanda adalah semua pengenal dari
penyakit selain raksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk tubuh buah
parasit, miselium, warna spora, bledeok, lendir dan sebagainya. secara umum
gejala dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe pokok, yaitu: a). Gejala Nekrotik Gejala
nekrotik terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan
kematian sel. gejala Nekrotik dibagi kedalam beberapa gejala seperti: 1.Nekrosis
atau matinya bagian tanaman, 2.Hidrosis Disebabkan karena air sel
keluar dari ruang sel masuk kedalam ruang sela-sela sel, 3.Klorosis Rusaknya
kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau,
4.Layu, ini adalah gejala sekunder yang disebabkan karena adanya gangguan dalam
berkas pengangkutan, 5.Gosong, mengeringnya bagian tanaman tertentu
hampir sama dengan gejala nekrosis, 6.Mati ujung, 7.Busuk disebabkan karena
rusaknya sel-sel atau jaringan-jaringan. 8.Rebah semai Jamur yang biasanya
menyerang adalah jenis Rhizoctonia,
Sclerotium, Fusarium, Phytium, Phytophthora dan menyebkan batang membusuk
atau tanaman rebah, 9.Kanker Gejala ini lazimnya terjadi pada
bagian-bagian yang berkayu pada batang, ranting ataupun akar, dan 10.Perdarahan
atau eksudasi Gejala ini biasanya ditunjukkan dengan adanya cairan-cairan yang
keluar bagian tanaman. b). Gejala
Hipolastik adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau
terhentinya pertumbuhan sel, gejala ini terbagi menjadi berikut: 1.Kerdil atau
tumbuh terhambat Terhambatnya pertumbuhan
bagian-bagian tanaman sehingga ukurannya lebih kecil daripada
biasanya, 2.Klorosis Rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian
yang lazimnya berwarna hijau, 3.Etiolasi Gejala ini ditunjukkan
dengan tanaman yang menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai
daun-daun yang sempit dan 4. Pemusaran (resetting) c). Gejala Hiperplastik disebabkan
karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala hiperplastik terbagi sebagai berikut:
1.
Menggulung atau mengeriting, 2. Rontok, Peristiwa ini dianggap sebagai gejala
penyakit jika terjadi sebelum waktunya (premature) dan dalam jumlah yang lebih
banyak dari biasanya dan 3. Perubahan warna Yang dimaksud disini adalah
perubahan warna yang bukan klorosis misalnya daun yang sakit berubah warna
menjadi kengu-unguan karena membentuk antosianin. (HS,
Suprato. 1985)
Penyakit
tumbuhan digolongkan menjadi dua golongan
yaitu Penyakit Abiotik dan Penyakit Biotik. Penyakit abiotik adalah
penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi/ penyakit yang tidak dapat
ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit abiotik
meliputi: Suhu tinggi, Suhu rendah, Kadar oksigen yang tak sesuai, Kelembaban
udara yang tak sesuai, Keracunan mineral, Kekurangan mineral, Senyawa kimia
alamiah beracun, Senyawa kimia pestisida, Polutan udara beracun, Hujan es dan
angin. Penyakit biotikk adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit
infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang
lain Patogen penyakit biotik meliputi : Jamur, Bakteri, Virus, Nematoda, Tumbuhan
tingkat tinggi parasitic dan Mikoplasma. (Sastrahidayat, Ika
Rochidjatun. 1990)
1.2
Tujuan
a. Agar mahasiswa dapat mengenal dan
membedakan gejala penyakit tanaman.
b. Agar mahasiswa mengetahui penyebab penyakit
berdasarkan gejala dan tanda yang diamati khususnya yang disebabkan oleh
cendawan, bakteri dan virus.
II.
BAHAN DAN METODE
2.1
Waktu
Dan Tempat
Praktikum Dasar-dasar perlindungan
tanaman dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 23 maret 2013 pukul 15.00-17.00
WIB dan bertempat di laboratorium jurusan budidaya pertanian fakultas pertanian
universitas palangka raya.
2.2
Alat dan Bahan
Bahan
yang digunakan adalah woetel, cabai, daun durian, daun jambu agung, tanaman
karet dan batang pohon sawo. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu loupe
obyek glass, cover glass, jarum pentul, dan silet.
2.3
Cara Kerja
a.
Mengamati gejala penyakit kemudian
menggambarkan, menyebutkan cirri-ciri atau penmpakan biologis dari gejala
tersebut.
b.
Mengamati secara mikroskopis penyebab penyakit
dengan berdasarkan tanda yang tampak dan menggambarnya kemudian menyebutkan
bagian-bagiannya.
c.
Membuat herbarium dengan berdasarkan
gejala spesifik dari penyakit tumbuhan.
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan Gejala Penyakit Tumbuhan
NO
|
Nama/Bagian tanaman yang diamati
|
Gejala yang diamati
|
Tipe gejala
|
Nama penyakit
|
Penyebab penyakit
|
1
|
Wortel
|
Busuk, berair
|
Nekrosis
|
Busuk basah
|
Erwinia carotovora
|
2
|
Cabe
|
Busuk, kering
|
Nekrosis
|
Busuk kering
|
Gloesporium piperantum, dan Colletotrichum
capsici
|
3
|
Daun durian
|
Sel mati, warna daun kecoklatan
|
Nekrosis
|
Karat
|
Pseudomonas
|
4
|
Daun jambu agung
|
Bintil-bintil pada daun
|
Hyperplastis
|
Kudis
|
Virus
|
5
|
Batang sawo
|
Batang membengkak
|
Hyperplastis
|
Puru sawo
|
Agrobacterium
|
6
|
Batang cabe
|
Batang kerdil daun keriting
|
Hipoplasia
|
Kerdil
|
Virus
|
7
|
Tanaman karet
|
Batang kecil, tinggi aun berwarna hijau muda
|
Hipoplasia
|
etiolasi
|
Vaktor abiotik
|
3.2. Pembahasan
3.2.1. Penyakit Busuk Basah Pada Wortel
Berdasarkan tabel 1. hasil
pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan pertama yang di amati adalah
wortel, gejala yang diamati pada tanaman wortel yaitu berupa busuk dan berair dan mengeluarkan bau yang
tidak sedap, tipe gejala ini yaitu nekrosis, gejala ini diakbibatkan oleh
rusaknya atau matinya sel-sel tumbuhan. Nama penyakit ini sering disebut busuk
basah yang disebabkan oleh Erwinia
carotavora. Erwinia carotavora meyebabkan jaringan tanaman
menjadi lembek dan berair, bahkan menjadi kurus dan berbau busuk. Bakteri
tersebut merupakan penyakit yang menyerang buah, sayuran, maupun tanaman lain.
Bakteri ini pada dasarnya menyerang daging tumbuhan yang terluka, dampaknya
lebih sering terlihat pada tunas, batang, dan jaringan lain. Di bawah ini akan
dejelaskan mengenai Erwinia carotovora beserta gambar yang menunjukkan
tanaman wortel yang terserang oleh penyakit ini.
Gambar 1. Tanaman wortel terserang Erwinia carotavora
Erwinia
carotovora adalah bakteri penyebab kebusukan
yang dinamai setalah tanaman wortel pertama terisolasi. Bakteri ini menginfeksi
berbagai jenis sayuran dan tanaman termasuk wortel, kentang, mentimun, bawang
putih, tomat, dan tanaman lain.
Gambar
2. bakteri Erwinia carotovora
Sumber: ricq. 2002..http://www.ericqgaul.blogspot.com/
Erwinia
carotovora
Daur hidup bakteri Erwinia
carotovora adalah sebagai berikut: Pada saat
tanaman terluka, nematoda dan hewan lainnya dapat masuk melalui lubang alami
dan membawa bakteri Erwinia carotovora tersebut ke dalam jaringan yang terluka
kemudian berkembang dalam ruang antar sel serta menghasilkan enzim pektolitik
yang dapat mencerna jaringan tanaman inang. Akibatnya tanaman inang akan
mengalami penurunan dan lama – kelamaan akan mengalami pembusukan.
Upaya
pengendalian yang dapat dilakukan pada penyakit ini antara lain:
1. Pemilihan lahan hendaknya memilih bekas lahan yang ditanami padi selama dua musim tanam. Pemberian kapur pada tanah karena lahan yang memiliki kadar Ca tinggi mempunyai tingkat serangan bakteri busuk batang berlubang yang lebih rendah.
1. Pemilihan lahan hendaknya memilih bekas lahan yang ditanami padi selama dua musim tanam. Pemberian kapur pada tanah karena lahan yang memiliki kadar Ca tinggi mempunyai tingkat serangan bakteri busuk batang berlubang yang lebih rendah.
2. Pencegahan dan pengendalian dapat pula dilakukan dengan
cara menanam tanaman pada gulud semu. Untuk mengurangi/membasminya dapat pula
dengan menyiram Agrimycin 15/1,5WP dengan konsenstrasi 0,1 g/liter air yang
dikombinasikan dengan fungisida yang mengandung Cu seperti Kocide 54WP
konsentrasi 1-2 gr formulasi/liter air masing-masing digunakan sebanyak 50
ml/lubang tanam.
3.2.2 Penyakit Busuk
Kering Pada Buah cabe
Berdasarkan tabel 1. hasil
pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan kedua yang di amati adalah cabai,
gejala yang diamati pada tanaman cabai yaitu berupa busuk dan kering, tipe gejala ini yaitu
nekrosis, Penyakit busuk kering pada buah cabai (Antraknosa Cabai) di sebabkan oleh cendawan Gloesporium
piperantum Ell. et Ev. Dan Colletotrichum capsici (Syd.)Bult. Et. Bisby.
Gambar 3. Busuk kering pada buah cabai
Gleosporium
piperantum dapat
menyerang buah yang masih hijau dan dapat juga menyebabkan mati ujung (die
back) (Suhardi, 1988). Gejala yang disebabkan oleh Gleosporium piperantum
mula – mula berbentuk bintik – bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk,
pada buah yang masih hijau atau yang sudah masak. Bintik – bintik
ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi
semakin gelap. Dalam cuaca yang lembab jamur membentuk badan buah (aservulus)
dalam lingkaran – lingkaran seousat, yang membentuk masa spora (konidium) warna
merah jambu.
Gloesporium piperantum juga dapat menyerang daun dan batang
tanpa menimbulkan kerugian yang berarti. Namun dari sini jamur dapat menyerang
buah kelak.
Jamur Colletotrichum
capsici mula – mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas
menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik – titik hitam
yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat
menyebabkan seluruh buah mongering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya
berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Jika cuaca kering jamur hanya
membentuk bercak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah buah dipetik,
karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan
berkembang dengan cepat. Daur hidup : Jamur pada buah masuk ke dalam
ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari
biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi
buah – buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh,
tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat
mempertahankan diri dalam sisa – sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium
disebarkan oleh angin. Menurut Nur Imah Sidik dan Pusposendjojo (1985) infeksi C.capsici
hanya terjadi melalui luka – luka.
Gambar
4. Jamur Colletotrichum capsici
Sumber
: http://www.nanda.blogspot.com/Agrobacterium
Pengendalian penyakit :
1.
Tidak menanam biji yang terinfeksi. Buah – buah yang terinfeksi jangan
diambil bijinya. Biji dapat diobati dengan Thram 0,2%, yang menurut Grover dan
Bansal (1970) di India obat tersebut dapat mematikan jamur tanpa mempengaruhi
perkecambahan benih.
2. Jika diperlukan penyakit dapat
dikendalikan dengan penyemprotan fungisida. Bermacam – macam fungisida dapat
dipakai untuk keperluan ini, antara lain Antracol (propineb), Velimek (maneb
dan zineb), Delsene MX-200 (karbendazim dan mankozeb), Benlate dan Manzate
(benomyl dan maneb), Dithane M-45 (mankozeb), Dithane Z-78 (Zineb), dan
Fungisida tembaga.
3.2.3
Karat pada daun Durian
Berdasarkan tabel 1. hasil pengamatan Gejala penyakit
tumbuhan, tumbuhan ketiga yang di amati adalah daun durian, gejala yang diamati
pada daun durian yaitu berupa sel daun
mati dan warna daun kecoklatan, tipe gejala ini yaitu nekrosis. Gejala seperti
ini disebut penyakit karat daun. Penyebab karat daun ini yaitu bakteri pseudomonas pachyrhizi
.
Gambar 5. Pseudomonas
pachyrhizi
Sumber: Anonim, 2010, http://en.wikipedia.org/wiki
Marfologi Kelompok Pseudomonas yaitu batang gram-negatif, bergerak, aerob; beberapa diantaranya
menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas ditemukan secara luas di
tanah, air, tumbuhan, dan hewan. Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan penyakit karat daun adalah terdapatnya
bintik-bintik kecil yang kemudian berubah menjadi bercak-bercak berwarna coklat
pada bagian bawah daun, yaitu uredium penghasil uredospora. Serangan berat
menyebabkan daun gugur. Terjadi bercak- bercak kecil berwarna cokelat kelabu
atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi cokelat atau coklat tua.
Bercak karat terlihat sebelum bisul- bisul (pustule) pecah. Bercak tampak
bersudut-sudut karena dibatasi oleh tulang-tulang daun tepatnya didekat daun
yang terinfeksi. Biasanya dimulai dari daun bawah baru kemudian ke daun yang
lebih muda. Daur hidup cendawan Psoudomonas pachyrhizi. Spora cendawan
dibentuk dalam uredium dengan diameter 25−50 μm sampai 5−14 μm. Uredospora
berbentuk bulat telur, berwarna kuning keemasan sampai coklat muda dengan
diameter 18−34 μm sampai 15−24 μm. Permukaan uredospora bergerigi. Uredospora
akan berkembang menjadi teliospora yang dibentuk dalam telia. Telia berbentuk
bulat panjang dan berisi 2−7 teliospora. Teliospora berwarna coklat tua,
berukuran 15−26 μm sampai 6−12 μm. Stadium teliospora jarang ditemukan di
lapangan dan tidak berperan sebagai inokulum awal. Di Amerika Latin, penyakit
karat disebabkan oleh dua spesies, yaitu Pseudomona.
pachyrhizi yang sangat virulen dan P. meibomiae yang kurang virulen (Sumartini.
2010). Pengendalian penyakit karat
dianjurkan dilakukan dengan memadukan beberapa komponen pengendalian yang ramah
lingkungan untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Komponen pengendalian
penyakit karat meliputi penanaman varietas tahan serta penggunaan bahan nabati
dan hayati
3.2.4 Kudis Pada Daun Jambu Agung
Berdasarkan tabel 1. hasil
pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan keempat yang di amati adalah daun
jambu agung, gejala yang diamati pada daun jambu agung yaitu berupa
bintil-bintil pada daun, tipe gejala ini yaitu Hiperplastis disebabkan karena
adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala
seperti ini disebut penyakit kudis. Penyebab karat daun ini yaitu virus.
Gambar
6. Penyakit Kudis pada daun jambu agung
yang disebabkan oleh virus
Morfologi, Virus
tumbuhan berbeda bentuk dan ukuran tetapi umumnya digambarkan dengan bentuk
memanjang (batang yang kaku atau benang yang lentur) Komposisi Setiap virus tumbuhan sedikitnya terdiri atas
satu asam nukleat dan protein. Beberapa virus terdiri lebih dari satu ukuran
asam nukleat dan protein.
3.2.5.
Penyakit Puru Sawo
Berdasarkan tabel 1. hasil
pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan kelima yang di amati adalah pohon
sawo, gejala yang diamati pada daun pohon sawo yaitu berupa pembengkakan pada
batang, tipe gejala ini yaitu Hiperplastis disebabkan karena adanya pertumbuhan
sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala seperti ini disebut
penyakit Puru sawo. Penyebab karat daun ini yaitu Agrobacterium.
Gambar 7. Penyakit
puru sawo pada batang sawo
Agrobacterium
adalah suatu marga
bakteri
Gram-negatif
yang masih memiliki hubungan dengan bakteri-bakteri bintil
akar.
Marga ini diperkenalkan oleh H. J. Conn dan diketahui dapat menimbulkan tumor
pada jaringan tumbuhan dengan cara transfer gen hirozontal. Agrobacterium berbentuk batang, berukuran 0.6-1.0 µm sampai 1.5-3.0 µm, dalam bentuk
tunggal atau berpasangan. Agrobacterium merupakan bakteri yang mudah
bergerak (motile) dan memiliki 1-6 flagela peritrichous serta merupakan
bakteri tak berspora. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini adalah 25-28◦C.
Gambar 8. Agrobacterium
Sumber:
anonym.2010.http://id.wikipedia.org/wiki/Agrobacterium
3.2.6. kerdil
pada batang cabai
Berdasarkan
tabel 1. hasil pengamatan Gejala penyakit tumbuhan, tumbuhan selanjutnya yang di amati adalah pohon cabai, gejala yang
diamati pada pohon cabai yaitu berupa tanaman kerdil dan daun mengeriting, tipe
gejala ini yaitu hipoplasia disebabkan karena terhambat atau terhentinya
pertumbuhan sel. Gejala seperti ini disebut penyakit kerdil. Kerdil
atau tumbuh terhambat, Terhambatnya pertumbuhan
bagian-bagian tanaman sehingga ukurannya lebih kecil daripada
biasanya. Penyebab karat daun ini yaitu virus.
Dampak dari serangan virus ini akan terjadi penurunan laju pertumbuhan, penurunan hasil,
menyerang
batang, daun dan akar.
3.2.7.
Etiolasi pada tanaman karet.
Berdasarkan tabel 1. hasil pengamatan Gejala penyakit
tumbuhan, tumbuhan selanjutnya yang di
amati adalah pohon karet, gejala yang diamati pada pohon karet yaitu berupa
Batang kecil, tinggi daun berwarna hijau muda, tipe gejala ini yaitu hipoplasia
disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Gejala seperti ini disebut penyakit
etiolasi, Etiolasi adalah pertumbuhan
tumbuhan
yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak
kokoh, daun kecil dan tumbuhan tampak pucat. Gejala etiolasi terjadi karena
ketiadaan cahaya matahari. Kloroplas
yang tidak terkena matahari disebut etioplas.
Kadar etioplas yang terlalu banyak menyebabkan tumbuhan menguning. Pada hal ini
hormon auksin
bekerja dengan baik karena tumbuhan tidak terkena cahaya.
IV.PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan
pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa gejala penyakit berdasarkan
gejala yang ditimbulkan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: Gejala Nekrotik, terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau
bagian sel bahkan kematian sel, Gejala
Hipolastik adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau
terhentinya pertumbuhan sel, Gejala
Hiperplastik disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih
dari biasanya (overdevelopment). Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan
yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai akibat adanya penyakit.
Sedangkan
penyebab Penyakit tumbuhan digolongkan menjadi dua golongan yaitu Penyakit Abiotik dan Penyakit Biotik. Penyakit
abiotik adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi/ penyakit yang
tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen
penyakit abiotik meliputi: Suhu tinggi, Suhu rendah, Kadar oksigen yang tak
sesuai, Kelembaban udara yang tak sesuai, Keracunan mineral, Kekurangan mineral,
Senyawa kimia alamiah beracun, Senyawa kimia pestisida, Polutan udara beracun, Hujan
es dan angin. Penyakit biotikk adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh
penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke
tumbuhan yang lain Patogen penyakit biotik meliputi : Jamur, Bakteri, Virus, Nematoda,
Tumbuhan tingkat tinggi, parasitic dan Mikoplasma.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
1984. Rekomendasi Pengendalian Jasad Pengganggu Tanaman Pangan di Indonesia.
Ditlin. Ditjen Tan Pangan. Deptan: 203 pp.
HS,
Suprato. 1985. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nawangsih,
Ahdjah asih. 2003. Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya. Bogor.
Nanda.
2010. Bakteri Agrobacterium. http://id.wikipedia.org/wiki/Agrobacterium.
diakses pada tanggal 05 April 2013
ricq.
2002. Mengenal Erwinia Carotovora.http://www.ericqgaul.blogspot.com/
Erwinia
carotovora . diakses pada tanggal 05 April 2013
Sastrahidayat,
Ika Rochidjatun. 1990. Ilmu Penyakit Tanaman. Usaha Nasional. Surabaya.
Sastrodiharjo,
s. 1979. Mengenal kelompok Serangga Berguna. Departemen Biologi.
Institut Teknologi Bandung (ITB). Bandung.
Triharso.
2004. Dasar-Dasar Perlindungn Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar